Akhir-akhir ini semua yang dia rasakan tak sesuai dengan yg ia inginkan, semua yg ia kerjakan tak sesuai dengan harapan. Semuanya berujung dengan beku dan kaku tanpa seorang pun yg tahu kecuali aku.
Dia seorang mahasiswa tingkat
akhir yg sedang bergelut dengan skripsi nya. Sebetulnya cukup beruntung saat
awal dia kontrak mata kuliah itu. Secara dia lolos judul gelombang pertama dan
sangat lah beruntung dibanding yang lain.
seiring berjalannya waktu,
hari demi hari ia lalui dengan perjuangan nya dalam menyelesaikan skripsi tsb.
Perjuangan yang memang menguras waktu, pikiran dan bahkan materi. Waktu terasa
cepat ia rasakan, pola kehidupan yang drastis berubah, dan tak sempat untuk
merasakan kenikmatan masa-masa perkumpulan saat bersama teman-temannya.
Rasa semangat itu yg membuat
ia lupa akan waktu, pikiran, dan materi. Motivasi yang tinggi dalam
menyelesaikan skripsi itu untuk mencapai target Seminar UP.
Jarum jam yang konsisten
berputar tanpa henti, membuat ia lebih berpacu dengan harapan yang ia inginkan.
Apapun ia lakukan dengan maksimal. Orang mungkin tak akan tahu seberapa besar
beban dan pikiran yg sedang di lakukan dan sedang dilalui, baik itu intern
ataupun ekstern. Ceria, bahagia dan membuat suasana hidup memang karakter yang
ia miliki, tak ingin ia mengungkapkan keluh kesah terhadap siapa pun yang ada
disekitar nya, ya mungkin ada beberapa org yg tau dengan kondisinya sekarang
seperti apa.
Perjuangan yg dia lakukan
hingga saat ini bisa dikatakan kadar semangat nya berkurang, sekitar 70% saja
yg tersisa. Semua disebabkan karena beberapa hal yg terjadi pada dirinya. Aku
pun tak tahu apa penyebab tersebut. Yang pasti aku prediksi masalah psikologis
lingkungan lah yg membuat nya seperti itu, lingkungan tersebut bisa jadi di
sekitar keluarga, ataupun lingkungan kampus, ataupun pengaruh dari perjuangan
skripsinya yg selalu buntu terbatas akan pengetahuan. Walaupun sebenarnya ada
satu sosok dosen yang ia jadikan motivator dalam menjalankan perjuangannya itu,
hanya satu.
Aku rasa, dia mulai jenuh
dengan apa yg ia lakukan, namun dia mengelah dri prediksi itu, ia memilik
tujuan dan target yg terpampang jelas, dan bahkan dikamarnya pun berjajar
tempelan kertas yg menjadi patokan dan target yang harus ia lakukan.
Ia merasakan jenuh, namun tak
ingin lepas dari tujuan dan target nya, ia berusaha untuk semangat namun
keterbatasan pengetahuan dan lingkungan lah yg membuat semuanya terhenti secara
perlahan.
Namun dalam diri nya
tersimpan keyakinan dan keinginan yg kuat dalam menghadapi setiap gejolak,
rintangan, cobaan dan halangan yg ia rasakan.
Apakah waktu yg akan
menentukannya?
Atau dia yg akan menentukan
waktu?
Kalimat hati yang ia ucapkan.
"Akulah yg akan menentukan waktu, aku lah yg akan berusaha berjuang
seiring konsistennya jarum jam yg berputar, dan hanya Tuhan lah yg menentukan
atas skenario yg telah tersusun dan terencana, hanya berusaha dan berdoa yg
bisa dilakukan, tak ada kata putus asa yg terucap, tak ada rintangan yg akan
membatasi, dan hanya kehendak Tuhan lah yg akan membatasinya dengan menghentikan
nafas yg telah diberikan"
Dia tahu apa yg aku rasakan.
Dan aku tahu apa yg dia
rasakan.