Friday, May 3, 2013 1 comments

Antara Hati dan Realita



Akhir-akhir ini semua yang dia rasakan tak sesuai dengan yg ia inginkan, semua yg ia kerjakan tak sesuai dengan harapan. Semuanya berujung dengan beku dan kaku tanpa seorang pun yg tahu kecuali aku.

Dia seorang mahasiswa tingkat akhir yg sedang bergelut dengan skripsi nya. Sebetulnya cukup beruntung saat awal dia kontrak mata kuliah itu. Secara dia lolos judul gelombang pertama dan sangat lah beruntung dibanding yang lain.
seiring berjalannya waktu, hari demi hari ia lalui dengan perjuangan nya dalam menyelesaikan skripsi tsb. Perjuangan yang memang menguras waktu, pikiran dan bahkan materi. Waktu terasa cepat ia rasakan, pola kehidupan yang drastis berubah, dan tak sempat untuk merasakan kenikmatan masa-masa perkumpulan saat bersama teman-temannya.

Rasa semangat itu yg membuat ia lupa akan waktu, pikiran, dan materi. Motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan skripsi itu untuk mencapai target Seminar UP.
Jarum jam yang konsisten berputar tanpa henti, membuat ia lebih berpacu dengan harapan yang ia inginkan. Apapun ia lakukan dengan maksimal. Orang mungkin tak akan tahu seberapa besar beban dan pikiran yg sedang di lakukan dan sedang dilalui, baik itu intern ataupun ekstern. Ceria, bahagia dan membuat suasana hidup memang karakter yang ia miliki, tak ingin ia mengungkapkan keluh kesah terhadap siapa pun yang ada disekitar nya, ya mungkin ada beberapa org yg tau dengan kondisinya sekarang seperti apa.



Perjuangan yg dia lakukan hingga saat ini bisa dikatakan kadar semangat nya berkurang, sekitar 70% saja yg tersisa. Semua disebabkan karena beberapa hal yg terjadi pada dirinya. Aku pun tak tahu apa penyebab tersebut. Yang pasti aku prediksi masalah psikologis lingkungan lah yg membuat nya seperti itu, lingkungan tersebut bisa jadi di sekitar keluarga, ataupun lingkungan kampus, ataupun pengaruh dari perjuangan skripsinya yg selalu buntu terbatas akan pengetahuan. Walaupun sebenarnya ada satu sosok dosen yang ia jadikan motivator dalam menjalankan perjuangannya itu, hanya satu.

Aku rasa, dia mulai jenuh dengan apa yg ia lakukan, namun dia mengelah dri prediksi itu, ia memilik tujuan dan target yg terpampang jelas, dan bahkan dikamarnya pun berjajar tempelan kertas yg menjadi patokan dan target yang harus ia lakukan.

Ia merasakan jenuh, namun tak ingin lepas dari tujuan dan target nya, ia berusaha untuk semangat namun keterbatasan pengetahuan dan lingkungan lah yg membuat semuanya terhenti secara perlahan.

Namun dalam diri nya tersimpan keyakinan dan keinginan yg kuat dalam menghadapi setiap gejolak, rintangan, cobaan dan halangan yg ia rasakan.

Apakah waktu yg akan menentukannya?
Atau dia yg akan menentukan waktu?

Kalimat hati yang ia ucapkan. "Akulah yg akan menentukan waktu, aku lah yg akan berusaha berjuang seiring konsistennya jarum jam yg berputar, dan hanya Tuhan lah yg menentukan atas skenario yg telah tersusun dan terencana, hanya berusaha dan berdoa yg bisa dilakukan, tak ada kata putus asa yg terucap, tak ada rintangan yg akan membatasi, dan hanya kehendak Tuhan lah yg akan membatasinya dengan menghentikan nafas yg telah diberikan"

Dia tahu apa yg aku rasakan.
Dan aku tahu apa yg dia rasakan.



 
;